Minggu, 27 Juli 2014

Cara Lengkap Budidaya Terong

Terong atau Terung (Eggplant,  Solanum melongena) adalah jenis tanaman yang hidup di daerah tropis. Tanaman yang berasal dari India dan Sri Lanka ini, masih satu famili dengan tomat dan kentang. Kandungan gizi yang terdapat pada terung bisa dibilang cukup tinggi, meliputi protein, kalsium, besi, fosfor, lemak, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C. Terung sangat baik untuk dikonsumsi, karena memiliki kadar kalium yang tinggi sekitar 217 mg/100 gr. Kalium sendiri sangat penting bagi sistem saraf dan kontraksi otot. Sedang untuk kandungan serat pada terung, sekitar 2,5 gr per 100 gram, karena itu, terung sangat baik untuk pencernaan.

Terung memiliki berbagai macam jenis. Di antara jenis-jenis terung yang ditanam di Indonesia, beberapa diantaranya adalah: terung gelatik yang sering dipakai untuk lalapan, terung Medan yang memiliki buah bulat panjang berukuran mini, terung craigi dengan buah yang bulat panjang ujung meruncing, terung Jepang dengan bentuk buah bulat dan panjang silindris, terung Kopek dengan buah yang panjang, terung Bogor dengan bentuk buah bulat besar berwarna keputih-putihan, serta berbagai jenis terung yang lainnya.


Terung dapat hidup dengan baik di dataran rendah maupun dataran tinggi dengan ketinggian 1-1.200 dpl dan suhu udara 22 – 30o C. Jenis tanah yang paling baik untuk tanaman terung adalah jenis lempung berpasir dengan pH antara 6,8 – 7,3, cukup subur, kaya akan berbagai bahan organik, dan memiliki aerasi serta drainase yang baik. Terung sangat cocok jika ditanam pada musim kemarau karena tanaman ini membutuhkan sinar matahari yang cukup.

Untuk membudidayakan tanaman terung agar memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, langkah-langkah berikut ini dapat dijadikan bahan rujukan:

1. Persemaian
Untuk memperoleh hasil yang optimal, benih terung sebaiknya berasal dari benih hibrida. Benih tersebut diperam dengan menggunakan kertas basah atau handuk lembab selama +/- 24 jam. Di saat yang sama, media semai kita persiapkan dengan cara mencampur tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1. Media tanam hasil campuran tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam polybag berukuran: tinggi ± 8 cm dan diameter 5 cm.

2. Pembibitan
Seperti penjelasan di atas, pembibitan dilakukan dengan merendam benih ke dalam air hangat selama 10 -15 menit. Benih tersebut kemudian dibungkus dengan kertas basah atau handuk basah atau gulungan kain basah untuk diperam selama + 24 jam, sebelum disebar di atas lahan persemaian, dan ditutup dengan menggunakan daun pisang/ penutup lainnya. Begitu benih mulai terlihat berkecambah, buka penutupnya, dan siram persemaian setiap pagi dan sore hari. Jika dibutuhkan, pada saat pembibitan tersebut dapat pula dilakukan penyemprotan pestisida. Benih siap untuk dipindah tanamkan jika sudah memiliki daun empat helai dengan umur sekitar 1 sampai dengan 1,5 bulan.

3. Persiapan Lahan
Dalam fase persiapan lahan terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan seperti ;
a. Membalik tanah
Balikan tanah yang akan digunakan untuk media tanam dengan menggunakan cangkul atau bajak agar lapisan tanah di bagian atas pindah ke bawah dan tanah lapisan bawah pindah ke atas.
b. Setelah lapisan tanah dibalik, lahan tanam kemudian diairi dengan cara menggenangi lahan tersebut secara merata selama 3-5 jam. Agar pembuatan bedengan lebih mudah, lakukan pembajakan untuk yang kedua kalinya.
c. Setelah dibajak, berikanlah pupuk dasar di atas lahan penanaman, sebanyak 15/kg pupuk kandang, dan 10 – 15 kg dolomit sebanyak untuk setiap 10 m2 lahan tanam. Dapat pula ditambahkan pupuk urea dengan dosis 2,5 kg, SP-36 3 kg, serta KCl 1,5 kg untuk setiap 10 tanaman. Pupuk NPK juga dapat diberikan dengan dosis 3 kg/10 tanaman.
d. Usai mencampur tanah dengan pupuk, selanjutnya dibuat bedengan–bedengan berbentuk single row (satu baris satu tanaman) dengan jarak tanam 75 cm.

4. Penanaman
Buatlah lubang-lubang tanam pada bedengan sedalam 10-15 cm untuk menanam benih yang telah disemai selama 25 hari. Ciri-ciri bibit yang siap tanam adalah munculnya 3-4 lembar daun sempurna dengan ketinggian batang mencapai ± 7,5 cm. Lakukan penanaman pada sore hari setelah dilakukan penggenangan. Maksud dilakukannya penggenangan adalah untuk memudahkan pemindahan serta membantu tanaman dalam melewati masa adaptasi pertumbuhan awal.
Bibit yang telah dimasukkan ke dalam lubang selanjutnya ditekan pelan-pelan ke bawah seraya ditimbun dengan tanah yang ada di sekitar lubang sebatas pangkal batang. Siramlah lubang tanam hingga cukup basah (lembab). Agar bibit yang baru ditanam tersebut terbebas dari serangan hama, berikanlah insektisida.

5. Pemasangan Ajir (Turus)
Turus dibuat dari bambu/ kayu dengan tinggi 80-100 cm dan lebar 2-4 cm. Turus ditancapkan di dekat batang, dan batang tanaman diikat pada turus tersebut agar memiliki kekuatan saat harus menanggung beban yang berat yang berasal dari buah terung yang kelak dihasilkan. Pemasangan turus dilakukan sedini mungkin agar tidak mengganggu sistem akar pada tanaman terung.

6. Pemeliharaan
Dalam fase pemeliharaan terdapat beberapa fase dan hal yang perlu diperhatikan, seperti ;

a. Penyiraman
Pada fase awal pertumbuhan dan pada cuaca kering, penyiraman harus dilakukan setiap hari, baik dengan cara menyiram batang tumbuhan maupun dengan memasukkan air ke lahan tanam selama beberapa jam. Jika memasukkan air ke lahan tanam atau direndam, tanah biasanya akan tetap basah selama 3 – 4 hari, kecuali tanah yang strukturnya mengandung banyak pasir.

b. Penyulaman
Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang mati, terserang hama penyakit, atau pertumbuhannya menjadi tidak normal seperti biasanya.  Untuk melakukan penyulaman bisa dilakukan sebelum tanaman berumur 15 hari.

c. Penyiangan
Untuk menghilangkan gulma atau rumput liar yang tumbuh di sekitar tanaman dapat dilakukan penyiangan dengan cara dicabut. Penyiangan dilakukan minimal dua kali, yakni ketika tanaman berumur 15 hari serta 60-75 hari setelah tanam.

d. Pemupukan
Pemberian pupuk susulan dilakukan saat tanaman berumur 21 hari setelah tanam dengan menggunakan pupuk ZA 2.5 – 3 gram, SP-36 2.5 – 3 gram, KCl 1-1.5 gram untuk setiap tanaman. Pupuk diletakkan di pinggir tanaman dengan jarak dari pangkal batang sejauh 10 cm. Pemberian pupuk susulan kedua dilakukan pada 50 hari setelah tanam dengan menggunakan NPK Grand S-15 dosis 8-10 gram pertanaman. Setelah panen yang kedua, pemupukan kembali dilakukan dengan masih tetap menggunakan NPK Grand S-15 dosis 10 gram pertanaman.

e. Perawatan Lainnya
Selama masa pemeliharaan, lakukan pula pemangkasan atau perempelan pada tunas-tunas liar yang tumbuh di ketiak daun pertama sampai bunga pertama guna merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru serta bunga.

7. Masa Panen
Ketika umur tanaman 30 hari setelah tanam atau 15 – 18 hari setelah munculnya bunga, tanaman terung sudah bisa dipanen untuk pertama kalinya. Ciri-ciri dari terung yang siap panen adalah:
- Memiliki warna buah mengkilat,
- Daging belum terlalu keras,
- Berukuran sedang (tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil).
Buah terung dapat dipanen seminggu dua kali, sehingga dalam satu musim total pemanenan dapat dilakukan 8 kali. Setiap tanaman biasanya berpotensi untuk menghasilkan buah sekitar 21 buah. Pasca pemanenan ke delapan terkadang masih ada tanaman yang menghasilkan buah, namun produktifitasnya mulai turun baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon Berikan Komentar Yang Berkualitas dan Membangun